Aku hanya seorang lelaki yang biasa, yang hanya mampu mencoretkan bait –
baitkan kata kepada Calon Makmumku, yang aku sendiri masih
mencarinya.
Dengarlah Coretan hatiku, seorang lelaki biasa..
Tak terasa
sudah demikian lama kita hidup di dunia ini. Bersama dengan kehidupan
yang seolah tanpa akhir. Padahal, kelak akan kita punah menjadi tanah.
Kita terseret, lalu terbawa hingga kadangkala lupa jalan pulang pada
kematian. Andai terus saja kita ingat akan itu semua, tak mungkin diri akan takut akan pertemuan dengan sebuah akhir.
Wahai Calon Makmumku, wanita yang tak pernah kuketahui siapa engkau,
Kadangkala aku merasa resah. Jika malam kian gelisah, karena tak juga aku mampu menemukanmu. Selimut
tidurku tak cukup untuk mengusir dinginya malam. Solat wajibku terasa
tak sempurna jika tiada seseorang mendampingi di sisi. Ingin rasanya ku
lantunkan ayat-ayat cinta Allah dalam setiap solatku bersama dengan mu
dan anak-anak kita kelak. Aku menjadi imammu dan kau makmumku.
Wahai Calon Makmumku, yang Allah ciptakan untuk mendampingiku,
Setelah
solat Maghrib ataupun waktu-waktu seperti biasanya, kau membacakan
ayat-ayat Alquran untuk dirimu dan Tuhanmu. Ingin, rasanya ku dengar
suara indahmu, ingin rasanya kita alunkan bersama ayat-ayat cinta-Nya. Kita
baca dengan suara yang mengalun dalam hati penuh kerinduan pada Allah
dan RasulNya. Satu ayat pun cukup. Karena, setelahnya ada keimanan yang
terpancar di rumah kita. Rumah tanpa kata, rumah sederhana yang hanya ada tawa dan gurauan bahagia penuh cinta.
Tahukah kau bahwa setiap kali aku memulai aktivitas seperti ada yang kurang jika ku toleh ke kiri dan ke kanan. Alangkah indah rasanya bangun sepertiga malam, mengerjakan dua Rakaat dan bermunajat pada Rabb Allah SWT Tuhan kita. Kita mengadu bersama padaNya. Bersama menaruhkan kerinduan padaNya. Menguntai kata berselimutkan iman, hingga tak terasa air mata berlinang di pipi kita. Kau memandang ku, lalu ku usap air matamu. Subhanallah, pipimu merona merah kala kita berpadang mata. Duhai indahnya.
Wahai calon makmumku,
Sepintas
inginku, keinginan sederhana keinginanku sebagai lelaki yang biasa-biasa
saja. Hari-hariku memang sangat biasa-biasa saja. Hidupku dipenuhi
hanya dengan hal-hal yang sederhana. Jika kau kelak dipertemukan
denganku secara nyata, ku mohon kau terima aku karena Dia, karena Allah
dalam setiap do’a panjangmu dan istikharahmu. Ku mohon agar kita mampu
membuang sifat egois yang ada. Agar, kita boleh menjalani rumah tangga dengan kesyukuran kelak.
Kau
cerminku, aku pun cermin mu. Maka ku usahakan dalam diri ini selalu
setia pada jalan-Nya. Kadangkala memang jalanku tak sempurna, belok
kesana ke sini. Aku pun bukan lelaki dicintai surga,
tetapi aku berusaha menjadi yang terbaik dengan caraku. Aku usahakan
agar seirama mungkin pada kebenaran. Maka, do’akanlah aku agar dapat
sebanding imanku dengan imanmu. Kebaikanku dengan kebaikanmu
Wahai calon makmumku, yang ku rindukan dan tak ku ketahui engkau siapa,
letih rasanya pencarian ini, seperti
keletihanmu untuk menantiku menemuimu. Tetapi, aku selalu menyimpan
harapan yang suci, dan berusaha untuk mampu kau
pandang dengan sesederhananya. Memang tak sebaik lelaki yang kau kenal
kesolehannya tetapi aku akan berusaha semampu yang aku bisa.
Namun, jika tiba waktunya aku memang tak seperti yang kau inginkan, aku harap pandanglah aku karena ketulusanku.
Wahai calon istriku,
Mari kita
timbang kita susun dalam doa – doa padaNya. Kita jadikan doa sebagai
senjata yang paling ampuh. Senjata untuk saling menemukan juga senjata
untuk mengimbangi hiruk – pikuk dunia yang terlalu sibuk dengan keegoisan.
Semoga kita saling menemukan. :)
Semoga kita saling menemukan. :)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar